Desa Buniayu terbagi dari empat grumbul (dukuh) yaitu Bengkek,
Binayu, Gandu dan Guntur.gandu merupakan dukuh atau bagian desa yang
paling padat dan maju, jalan di desa Buniayu sebagian sudah beraspal dan
listrik juga saluran telepon sudah tersedia.
Desa Buniayu bertanah subur dan berbukit-bukit dan juga terletak di
jalur utama selatan Jawa yang padat dan dilewati oleh lintasan kereta
api jalur selatan. Desa Buniayu hanya sekitar 40 km dari obyek Wisata
Pantai Ayah/Logending Kebumen dan juga ke Goa Jatijajar dan Goa Petruk
Kebumen.
Dengan luas persawahan yang menyebar di sekeliling desa, rata-rata
panen padi di Desa Buniayu adalah 2 kali per tahun dan diikuti dengan
penanaman palawija.
Desa Buniayu di apit oleh 2 sungai kecil, Sungai Ijo dan Sungai
Manggis. Terowongan Ijo yang pernah di pakai sebagai lokasi syuting film
Kereta Api Terakhir hanya berjarak sekitar 50 meter dari tepi timur
Desa Buniayu.
Ada 3 SDN (Sekolah Dasar Negeri 1 sampai 3) dan 1 TK serta 1 SMP
Swasta di Desa Buniayu dan juga ada Pondok Pesantren dan 5 Masjid Jami'e
di Desa Buniayu. Prestasi anak-anak Sekolah dari Desa Buniayu cukup
membanggakan di tingkat Kecamatan Tambak hingga Tingkat Kabupaten
Banyumas dan salah satu SDN favoritnya dengan prestasi yang cukup
menonjol adalah SDN Buniayu 2. SDN Buniayu 3 juga lumayan bagus, sering
memberikan andil dalam prestasi anak-anak didiknya.itu terbukti dari
lulusan anak didik SDN Buniayu 3 masih bisa bersaing di sekolahan yang
lebih tinggi di SMP/SMA. Desa Buniayu merupakan desa yang berpotensi
dilihat dari segi pertaniannya. Sebagian besar pemuda Desa Buniayu
adalah perantau yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Jakarta,
Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya di Sumatra, Kalimantan dan Bali
juga di luar negeri.
Desa Buniayu mempunyai segudang cerita rakyat yang turun temurun
sampai anak cucu,sebagai contoh legenda Panembahan Perawan Sunti yang
konon ceritanya, di Desa Buniayu akan selalu ada pemuda ataupun pemudi
yang tidak menikah dalam satu masa. Desa Buniayu lebih masuk dalam
kategori desa agraris, yang sebagian penduduknya berpencaharian sebagai
petani karena sebagian besar masyarakatnya sebagai petani maka tidak
jarang desa buniayu termasuk salah satu desa pemasok kebutuhan pokok
dalam negri ini yang salah satunya adalah beras. kalau kita ngomong
masalah kata buniayu mungkin orang kurang familiar dengan kata kata
tersebut tapi inilah desa kita , desa yang asri ,sejuk dan segar.
LEGENDA DESA BUNIAYU Legenda dari Buniayu cukup unik, Kata Buniayu
berasal dari kata "Ibune + Ayu" = Ibunya Cantik, Kecantikannya begitu
mempesona. Buniayu, sebutan ini awalnya adalah dari para pengagum sang
pemimpin desa ini dimasa awal, seorang Ibu pemimpin yang rela untuk
tidak menikah demi memimpin sebuah desa. Ibu inilah yang kemudian
disebut "Perawan Sunti" atau Perawan Suci. Seorang gadis yang bertahan
hidup tanpa menikah hingga akhir hayatnya, dan tetap mempertahankan
kesuciannya.
Konon Ibu Sunti ini adalah anak dari "Mbah Buyut Lekor". Mbah Buyut
Lekor merupakan orang yang pertama kali babat desa Buniayu. Kepemimpinan
Ibu Sunti tidak perlu diragukan lagi. Seorang Pemimpin Desa yang begitu
bijaksana namun tegas dalam bersikap, rela mengorbankan kehidupannya
demi warga desanya. Ibu Sunti begitu mempesona, keliling desa naik kuda
menyambangi warganya.
Makam dari Ibu Sunti berada di Grumbul Sigandu, makamnya sebelah
barat jalan. Sedangkan Orang Tuanya, "Mbah Buyut Lekor" ada disisi timur
dipinggir kali Ijo. Makam inilah yang saat ini disebut sebagai
Panembahan. Makam Ibu Sunti disebut "Panembahan Perawan Sunti" dan dan
Makam Mbah Buyut Lekor disebut "Panembahan Buyut Lekor".
Panembahan Perawan Sunti banyak didatangi para Gadis yang nyekar,
bertawasul dan berdo'a disana untuk dimudahkan mendapatkan Jodohnya. Ada
himbauan dari Mbah Juru Kunci bahwa bila ada gadis yang disakiti oleh
lelaki karena cinta, sangatlah "DILARANG DATANG" ke Panembahan Perawan
Sunti, karena kalo bila ia bertawasul dan berdo'a di Makam ini dan
menyebut nama Lekaki yang menyakitinya maka lelaki itu akan
tergila-gila, obatnya adalah hanya dengan menikahinya.
Ibu Sunti tidak ingin anak cucunya tidak menikah karena sakit hati,
Ibu Sunti tidak menikah karena perjuangannya dan lebih mementingkan
warga desanya daripada dia menikah dan meninggalkan warga yang
dicintainya. "Ibu Sunti tidak menikah bukan karena patah hati atau
kecewa dengan Lelaki" Makanya Ibu Sunti tidak rela kalo anak cucunya ada
yang tidak nikah. Mitos bahwa akan ada yang meneruskan perjuangan dalam
bidang sosial itu mungkin benar adanya. Mengorbankan diri sendiri untuk
tidak menikah dan menjadi perawan sunti adalah suatu pilihan. Kita
harus menghormatinya, asal bukan karena alasan sakit hati lalu tidak
menikah. Ibu Sunti sangat membencinya, dan itu tidak bisa dijadikan
alasan. Pesannya : "Biarlah Ibu sendiri yang menjadi perawan suci hingga
akhir hayat".
Cerita tentang legenda desa ini cukup banyak seperti :
1. Cerita perseteruan antara Mbah Buyut Lekor dengan Ki Tambak
Waringin, 2. Perjanjian tapal batas "Jati Teken" antara Mbah Buyut Lekor
dan Ki Tambak Waringin. 3. Kisah Sebrang Kulon dan Sebrang Wetan dan
Mitos Larangannya. 4. Sejarah Kendil Wesi. 5. Ritual Limolasan di
Talang, setiap bulan purnama di bulan Sya'ban, menjelang Ramadhan.
Bila anda tertarik dengan kisah ini, datanglah ke Desa Buniayu.
Lokasinya ada di Lintas Selatan Pulau Jawa, sekitar 27 Km dari Kota
Banyumas menuju Magelang via Buntu, atau 10 KM sebelum kota Gombong.
Bila anda dari arah Jakarta maka desa ini ada disisi kanan. Jalan utama
desa ini ada di tengah-tengah lintasan Pereng, antara Kali Manggis dan
Kali Ijo.
Di Desa Buniayu, terdapat pondok pesantren dengan nama Miftahul Falah
dan para santrinya berasal dari desa-desa sekitar dan ada juga dari
luar jawa seperti Palembang dan Lampung. Pendidikan yang diberikan tidak
semata-mata pelajaran diniyah tapi juga pendidikan formal setingkat
SLTP.
No | nama dukuh | Jumlah Penduduk |
1. | Sigandu | Paling Banyak |
2. | Bengkek | Banyak |
3. | Guntur | Cukup Banyak |
4. | Binayu | Cukup Banyak |
dikutip dari :